Demostrasi pilihanku
By : Nicholas Frans Giskos
15 November 2010 jam 6:22
Kala mata ini akan terpejam.
Ribuan suara berteriak lapar kepadaku.
Risau gundah berkecamuk jadi satu.
Bagai mata rantai yang harus kupatahkan.
Aku muak melihat kesenjangan didepanku.
Menjadi irama merdu kaum pinggiran.
Darah dan nanah menari dengan indah.
Tebarkan aroma khas ketidakadilan.
Namun dibalik istana megah.
Boneka kapitalis berpesta pora.
Menghabiskan hasil kekayaan negriku.
Semangkin menambah penderitaan bangsaku.
Maka demostrasi menjadi pilihan utamaku.
Meneriakkan dengan lantang perlawanan.
Ribuan suara berteriak lapar kepadaku.
Risau gundah berkecamuk jadi satu.
Bagai mata rantai yang harus kupatahkan.
Aku muak melihat kesenjangan didepanku.
Menjadi irama merdu kaum pinggiran.
Darah dan nanah menari dengan indah.
Tebarkan aroma khas ketidakadilan.
Namun dibalik istana megah.
Boneka kapitalis berpesta pora.
Menghabiskan hasil kekayaan negriku.
Semangkin menambah penderitaan bangsaku.
Maka demostrasi menjadi pilihan utamaku.
Meneriakkan dengan lantang perlawanan.
Meski peluru tajam menyambutku.
Agar tiada lagi duka dan air mata saudaraku.
Agar tiada lagi duka dan air mata saudaraku.