Oleh : Nicho Silalahi
Pesta demokrasi ditahun 2013 segera
bergulir untuk memilih secara langsung Gubernur / Wakil Gubernur Sumatera
Utara. Namun sebelum pemilu itu dilaksanakan
maka terlebih dahulu akan berlangsung teori pencitraan dan musim jualan
janji – janji kosong yang belum tentu bisa direalisasikan oleh para kandidat.
Masih segar dalam ingatan kita
dimana kala itu pasangan Syamsul Arifin/Gatot Pujonugroho berkampanye dengan 3
kalimat sakti yang menjadi selogan mereka :
- Rakyat Tidak Lapar.
- Rakyat Tidak Bodoh.
- Rakyat Tidak Sakit.
Ternyata selogan tersebut ampuh
menarik simpatik masyarakat Sumut sehingga pasangan Syamsul/Gatot memenangkan
pemilu pada tahun 2008 dan menjadi Gubernur/wakil Gubernur secara defenitif.
Ditengah perjalanannya
kepemimpinan mereka, ternyata sang Gubernur (Syamsul Arifin) kala itu
tersangkut kasus korupsi penggelapan dana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
(APBD) Langkat sewaktu beliau menjabat Bupati disana. Sehingga kepemimpinan
Sumut diambil alih oleh Gatot Pujonugroho berdasarkan SK Mendagri Dan sejak itu
Gatot resmi menjadi Pjs Gubernur Sumatera Utara. Namun hingga kini penulis
melihat janji – janji kampanye yang dulu dilontarkan mereka pada masyarakat Sumut
belum juga terealisasi secara kongkrit.
Menjadi tanda Tanya bagi penulis
:
1. Dimana dia Rakyat
Tidak Lapar.? Sedangkan fakta dilapangan banyak petani yang menuntut
dikembalikannya tanah mereka yang dirampok oleh perkebunan, karena tanah adalah
alat produksi sehingga banyak kaum tani yang menggantungkan hidupnya disektor
pertanian. Tetapi hingga kini Gatot juga belum merealisasikan tanah tuntutan
para petani tersebut. Jika begini maka tidak menutup kemungkinan kalau para
petani tersebut terancam kelaparan sebab mereka tidak bisa lagi mengelola
tanahnya, dan hal ini telah di buktikan oleh beberapa kelompok tani seperti :
Kelompok Tani Torang Jaya Mandiri (KTTJM) berasal dari Kabupaten Padang Lawas
yang melakukan protes dengan aksi menginap dan mogok makan serta menjahit mulut
akibat konflik lahan dengan PT SRL/ PT SSL, Kelompok tani JAS MERAH berasal
dari Kabupaten Deli serdang berkali – kali melakukan unjuk rasa untuk menuntut
tanah mereka yang telah diserobot oleh Yayasan Pendidikan Nurul Amalyah (YPNA),
serta Masyarakat adat Paduma – Sipitu huta berasal dari Kabupaten Humbahas yang
mengklaim hutan kemenyan milik masyarakat dan telah diserobot PT TPL ( Toba
Pulp Lestari ), dan banyak lagi kasus tanah disumut ini yang tidak satupun
terselesaikan. Disini penulis menyimpulkan aksi unjuk rasa ini adalah pukulan
telak mereka terhadap Gatot Pujonugroho yang nota benenya Pjs Gubernur Sumatera
Utara dan saat Kampanye mengubar janji dengan selogan RAKYAT TIDAK LAPAR. Namun
nyatanya rakyat tidak bias lagi mengelola tanahnya.
2. Dimana dia Rakyat
Tidak Bodoh .? jika biaya pendidikan terus menerus meroket naik dari
tahun ketahun seperti biaya uang SPP (Kuliah), harga buku – buku pelajaran dll.
dengan meroketnya biaya itu akan maka penulis bisa mengasumsikan banyak anak –
anak yang putus sekolah/kuliah dan ini bisa berakibat dengan pembodohan secara
masal.
3. Dimana dia Rakyat
Tidak Sakit.? Jika saja biaya rumah sakit mahal dan harga obat – obatan
juga mahal sehingga kaum miskin dipaksa harus pasrah menerima penyakitnya dan
menunggu kematian. Penulis juga mengakui memang ada program pemerintah melalaui
jamkesmas namun itu program dari pemerintah pusat dan itu juga tidak mengcover seluruhannya
kaum miskin serta disinyalir penyaluran program ini tidak tepat dengan sasaran.
Disini penulis menyarankan kepada
seluruh lapisan masyarakat agar lebih berhati – hati dalam memilih calon
Gubernur/Wakil Gubernur atau pemimpin manapun apalagi yang hanya mengubar janji
muluk – muluk karena ketika salah memilih maka kita akan menanggung waktu Lima
Tahun lamanya. Serta penulis berharap agar kita lebih bijak dalam memilih dan
jangan mau memberikan suara (memilih) karena diberi uang,sembako dll, sebab
jika begitu maka pemimpin yang kita pilih akan melakukan hal – hal yang
bersifat koruptif agar segera mengembalikan modal yang telah mereka keluarkan
saat pemilu dulu sehingga akan berdampak dengan terhambatnya pembangunan
daerah, namun jika ada yang memberikan uang,sembako dll, maka penulis
menyarankan agar mengambil uang, sembakonya saja dan jangan pernah pilih orang
tersebut.
-------------------------------------
Penulis adalah Mahasiswa Fakultas
Ekonomi Universitas Medan Area.
No comments:
Post a Comment