Derita Rakyat Dari Sebuah Bangsa
"Merah Putih Diatas Tebing Dan Batu"
Oleh : Nicho Silalahi.
Oleh : Nicho Silalahi.
Kepuncak Gunung Sibayak Demi Melihat Merah Putih Berkibar.
Gunung Berapi Sibayak (Gunung
Raja penduduk setempat menyebutnya) yang teletak di kabupaten Karo yang
berjarak sekitar 60 KM dari Kota Medan dan terletak di Provinsi Sumatera Utara.
Dengan ketinggian sekitar 2.172 Meter diatas permukaan laut dan memiliki
pemandangan sangat eksotis Mulai dari keindahan Telaga Kawah dengan tebing tebingya beraneka
warna sampai puncaknya yang unik, berbentuk tapal kuda lalu meninggi seperti piramida. Karena melewati hutan belantara maka
gunung ini memiliki sejuta pesona pemandangan hingga kita juga dapat melihat
Gunung berapi sinabung disebelahnya.
Subuh dinihari aku melakukan
perjalanan untuk mendaki puncak gunung sibayak hanya untuk menyaksikan para
pencinta alam mengibarkan bendera merah putih sebagai wujud ucapan terima kasih
bagi para pahlawan yang telah mengorbankan nyawanya demi memerdekakan bangsa
ini.
Pergulatan Dalam hatiku.
17 Agustus adalah Hari
Kemerdekaan Bangsaku, dimana setiap tahunnya acara bersifat seremonial
dilakukan yang bertujuan untuk memperingatin Jasa- Jasa para pahlawan yang
dengan gagah berani harus mengorbankan nyawanya demi memberikan kemerdekaan
bagi generasi setelahnya.
Dengan dikibarkannya bendera
merah putih dan diiringi lagu kebangsaaku “INDONESIA RAYA” menggerakan bathinku
untuk mengikuti proses yang sangat hikmat itu serta berlinanglah air mata ini
mengenang pengorbanan para pendahuluku itu sebab apa yang diperjuangkannya
ternyata tidak seperti yang mereka cita – citakan.
Meski
kuhormati sang merah putih saat diadakannya upacara diatas puncak gunung
sibayak semata karena aku sedih mengenang jasa para pendahuluku yang rela
mengorbankan nyawa demi kami generasinya, agar kami tidak lagi di jajah dan
ditindas. hormatku pada merah putih bukan berarti aku tunduk pada negara maupun
kepala negaranya sebab hingga kini aku belum merasakan kemerdekaan itu secara
utuh.
Kala
mengheningkan cipta kepalaku
tertunduk betapa sedihnya pendahuluku yang rela mati, namun kini generasinya telah dijual oleh pemerintahan kepada bank dunia atau sejenisnya. sebab hutang
luar negri telah mencapai angka lebih kurang 1900 Triliun. jadi setiap generasi
yang akan lahir akan menanggung utang negara.
Pemberontakan Pada Jiwa.
Aku terus bertanya pada diriku ditengah hening
cipta berlangsung apakah aku telah merdeka.? Setiap
pertanyaan itu timbul maka dengan tegas hatiku menjawab kau belum merdeka
seutuhnya, buktinya kau masih dihisap dan diperah oleh sebuah sistim
kapitalistik yang diberlakukan oleh negaramu. Lihat saja biaya hidup semangkin
hari terus meroket naik, belum lagi mahalnya biaya pendidikan yang dijadikan
komoditi pasar (barang dagangan) sedangkan pada dasarnya pendidikan itu
bersifat sosial dimana seharusnya negara bertanggung jawab untuk mencerdaskan
rakyatnya, hal itu telah menjadi landasan pembukaan UUD 45, tapi malah
sebaliknya yang dilakukan negara dengan pemerintahannya malah mengeluarkan berbagai
peraturan untuk melegalkan para pialang mengeruk keuntungan berlimpah serta tak perduli
rakyatnya diperah dan dihisap.
Hal yang tidak kalah tragisnya
dinegara ini disektor kesehatan dimana seharusnya negara memberikan kesehatan
itu secara gratis sebab jika rakyat sehat maka geliat pertumbuhan ekonomi akan
meningkat sehingga kemiskinan bisa berkurang dan rakyat tidak lagi harus
meninggal dengan sia – sia dikarenakan ketidak mampuan membayar biaya perobatan.
Lagi lagi nasib kesehatan tidak kalah tragisnya dengan pendidikan, disini negaramu
menjadi mesin penghisap pada rakyatnya dengan melegalkan para pemodal untuk
berspekulasi disektor kesehatan sehingga biaya kesehatan melonjak naik dari
tahun ketahun.
Perayaan hari kemerdekaan yang
dilakukan ratusan juta saudaraku hanyalah kamuflase dari kegagalan sebuah
pemerintahan sebab kemerdekaan itu hanya sebatas wacana diatas kertas tanpa
bukti kongkritnya, lihat saja dari sabang sampai maroke jutaan hektar tanah
milik petani telah dirampas untuk membentuk perkebunan (baik milik BUMN maupun
Milik Swasta) dibawah todongan senjata aparatusnya sehingga korban jiwa terus
berjatuhan.
Ketika para petani menuntut haknya maka dengan ganasnya aparatus
menembaki petani itu. Lihat juga nasib jutaan kaum buruh hanya dijadikan negara
sebagai pemuas birahi untuk mengisi pundi – pundi para pemodal (investor), hal
itu dibuktikan negara dengan melegalkan upah minimum nasional bukan upah layak
nasional sehingga kaum buruh terus hidup dalam kemiskinan.
Lihat saja para buruh yang
bekerja siang dan malam pada setia perusahaan, namun sang pengusahalah paling
banyak menikmati keuntungan dari hasil kerja para buruh itu. Perhatikalah juga
prilaku keluarga para pengusaha itu, hidup mereka dengan berpoya – poya keluar
negri dan menghabiskan keuntungan dari hasil keringat buruh yang diperah
sedangkan kehidupan buruh sangat tragis dengan berbagai kekurangan.
Cobalah kau datangi kebergai
pesisir dan lihat kehidupan nelayan, pastilah tidak jauh beda dengan kehidupan
Petani, Buruh dan Kaum miskin lainnya, sebab para nelayan itu juga tidak lepas
dari spekulasi permainan harga yang dibuat para cukong (pemodal). Bayangkan saja
jika kau menjadi para nelayan itu, berhari – hari dilautan dan menantang badai
yang sewaktu – waktu maut menjemput mereka, tapi ketika hasil tangkapan dibawa
kedarat maka kaum cokonglah yang paling banyak menikmati hasil tangkapan
mereka.
Pesan Pada Generasiku.
Jika kita tidak melawan maka kemerdekaan yang
sejatinya tidak akan pernah kita rasakan karena saat ini pemerintahan hanya
menjadi boneka bagi asing lihat saja ketika kepala kita digadaikan bagi bank
dunia ataupun sejenisnya maka kekayaan alam kita hanya menjadi tontonan saja
sebab bangsa asinglah yang lebih menikmatinya.
Untuk itu saudaraku lakukanlah perlawanan itu agar
generasi setelah kita tidak merasakan penderitaan yang kita rasakan. Perlawanan
itu juga bisa lewat tulisan, demontrasi daan tergantung metode apa yang kau
gunakan agar kelak bangsa ini benar benar merdeka seutuhnya. Singkirlah para
elit atau kaum borjuis yang telah menggadaikan bangsa ini karena merekalah kita
dijajah kembali. Wujudkanlah segera negara SOSIALISME itu seperti cita – cita sang
Proklamator kita.
sedikit bicara banyak bekerja ,...
ReplyDeletelawan segala bentuk penindasan ,...
MAU SAMPE KAPAN DIJAJAH OLEH BANGSA KITA SENDIRI,..
BANGKIT MELAWAN ATOE MATI TERTINDAS.....!!!!!!!