Melawan Mati atau Diam Juga Mati.?
Oleh : Nicho Silalahi
Sudah
67 Tahun bangsa ini merdeka namun masalah kemiskinan dan pengangguran belum
juga dapat diselesaikan. Kinerja pemerintah masih hanya sebatas seremonial
belaka tanpa menunjukan bukti kongkrit yang signifikan.hal ini dibuktikan
dengan semangkin maraknya demostrasi (unjuk rasa) diberbagai daerah yang
mengkritisi kinerja pemerintah dan menuntut kesejateraan.
Tingginya
angka penganguran yang makin hari mangkin mengkuatirkan belum juga membuka mata
penyelenggara Negara dalam menguranginya. Malah yang ada penyelenggara Negara
terkesan ogah menyikapinya. Sehingga berdapak pada kondisi mengkhawatirkan.
Kegalalan
dari kinerja pemerintah dalam membuka lapangan kerja terbukti dengan maraknya
penjualan manusia keluar negri yang telah dilegalkan Negara melalui Perusahaan
Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI). Namun tenaga kerja yang dikirim keluar
negri hanyalah sebatas buruh dan pembantu rumah tangga saja yang faktor
pendidikannya dibawah rata-rata. Sehingga sangat rentan untuk melakukan
tindakan – tindakan criminal atau juga terkena jebakan-jebakan yang dibuat sang
majikan.
Sudah
kita lihat dari berbagai media - media banyak tenaga kerja indonesia harus meregang nyawa
diluar negri dan beberapa bulan yang lalu seorang pembantu rumah tangga di arab
Saudi bernama Ruyati meregang nyawa akibat hukum pancung namun pemerintah
terkesan tidak mau tau nasib tenaga kerja tersebut. Dengan demikian kita bisa
menyimpulkan kalau pemerintah tidak perduli nasib rakyatnya yang bekerja diluar
negri.
Sedangkan
penyelenggara negara sibuk dengan memperkaya dirinya melalui Korupsi seperti
kasus BLBI, Century, Wisma Atlit DLL. Namun ketika korupsi itu terbongkar
kemedia lalu sibuk mencari kambing hitam untuk dikorbankan dan pemerintah
terkesan menutupi sehingga kebenaran atas kasus – kasus itu seperti hanya berjalan
ditempat.
Ketidak
percayaan rakyat terhadap rezim SBY – Boediono terlihat jelas dengan hampir
setiap harinya demonstrasi dilakukan baik dengan massa kecil maupun puluhan ribu orang untuk
menuntut mereka mundur karena dinilai gagal dalam mensejaterahkan rakyatnya.
Sementara
baru – baru ini pelanggaran HAM dan pembantaian masal yang sangat sadis terjadi
didesa Mesuji Lampung menambah daftar panjang kegagalan Rezim ini dalam
menciptakan rasa keadilan dan kedamaian. Pembantaian sadis terhadap anak
maanusia telah terjadi bahkan ada yang dipenggal dan kepalanya ditaruh keatas
truck, diikat pada tiang yang kepalanya juga dipenggal.
Masih
banyak lagi permasalahan bangsa ini yang belum juga terselesaikan dari sabang
sampai marauke, sudah cukup kita berdiam diri melihat kegagalan yang terjadi
silih berganti terjadi.sudah cukup juga rakyat miskin terus menerus menjadi
korban dari keberutalan pemilik modal.untuk itu saya menghibau kepada anda
semua yang memiliki nurani kemanusian agar segera bersatu dan memobilisasi diri
anda dijalanan untuk melawan Rezim koprador dan tidak berpihak pada rakyat
miskin.kita tak butuh senjata sebab kata kata kita adalah senjatanya, Untuk apa
kita takut lagi bersuara dan menyampaikan tuntutan, sudah saatnya kita bangkit
melawan dan kelak kita meninggalkan negri ini jauh lebih baik buat generasi
yang akan datang. Kalau bukan kita yang melakukan perubahan siapa lagi yang
melakukan perubahan itu dan memberikan yang terbaik bagi generasi yang akan
datang,?
Hidup
adalah pilihan.
Maka
pilihlah , Tunduk ditindas dan mati atau bangkit melawan meski mati ? Sebab
Diam bagai penitip nasib adalah penghianatan terbesar pada sejarah bangsa ini.
Salam
Pemberontakan dari jiwa yang Merdeka.
Nicho
Silalahi.
No comments:
Post a Comment